Pelaksanaan Sertifikasi Di Pertambangan - OPTIMALISASI



MALANG,
Pesawat angkat  merupakan alat bantu yang gunakan untuk menyelesaikan proyek terutama terkait dengan pengangkatan dan pemindahan serta penempatan material atau komponen konstruksi seperti girder, beam, tiang pancang,dsb. Penggunaan tenaga manusia tentu berpotensi lebih besar terhadap terjadinya kecelakaan dan akan menghambat kemajuan pelaksanaan pekerjaan tersebut, Oleh karenanya penggunaan pesawat angkat sangat dibutuhkan untuk mempercepat dan mempermudah penyelesaian pekerjaan namun potensi kegagalan operasi pada pesawat angkat sangat mungkin terjadi, sehingga untuk mencegah kondisi tersebut terjadi dibutuhkan upaya dini untuk mengetahui kondisi paling aman sebelum pesawat angkat tersebut dioperasikan. Oleh karena itu untuk mendapatkan informasi secepat mungkin tentang kondisi pesawat angkat, dibutuhkan suatu  perencanaan, pelaksanaan, pengawasan untuk mencegah terjadinya kegagalan operasi.

Industri pertambangan  merupakan salah satu pengguna terbesar pesawat angkat. Untuk perluasan area tambang dibutuhkan pekerjaan konstruksi dengan skala besar. Hal ini membutuhkan pesawat angkat, dimana perusahaan tambang sangat peduli pada keselamatan baik para pekerja dan instalasi peralatan maupun lingkungan, yang tentunya menjadikan proritas utama selain produksi.

Untuk menjamin kondisi pesawat angkat aman dioperasikan, dibutuhkan suatu sertifikasi secara berkala oleh pemerintah dan pelaksanaan inspeksi dan pengujiannya dilakukan oleh perusahaan jasa inspeksi  teknik (PJIT). Namun dalam pelaksanaannya terkendala dengan waktu selama satu tahun yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri Pertambangan Umum No. 555K/26/M.PE/1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum untuk dilaksanakan sertifikasi berkala, sehingga waktu satu tahun tidak cukup untuk dapat menyelesaikan pekerjaan tersebut bila dibanding dengan jumlah alat yang dimiliki setiap perusahaan tambang 200-800 unit. PJIT selaku pelaksana inspeksi dan pengujian membutuhkan waktu penyelesaian lebih dari satu tahun untuk mampu menyelesaikan seluruh pekerjaan sertifikasi.

Agar pelaksanaan inspeksi dan pengujian pesawat angkat pekerjaan sertifikasi dapat diselesaikan dalam waktu tidak lebih dari satu tahun maka diterapkanlah critical path method (CPM).
Metode ini menekankan pada pelaksanaan setiap pekerjaan secara simultan  dengan mengoptimalkan lintasan kritis (critical path) yang telah ditentukan sehingga percepatan waktu pelaksanaan pekerjaan sertifikasi dapat dilakukan.

Proyek Sertifikasi 
Setiap proyek konstruksi tentunya mempunyai sumber daya pesawat angkat yang diharapkan dapat berperan besar dalam mensukseskan pelaksanaan proyek. Maka dibutuhkan suatu metode untuk mengantisipasi agar peralatan yang digunakan lebih lama dan handal dan  tidak mengalami kerusakan atau kegagalan operasi diluar rencana perbaikan, sehingga menghambat progress pelaksanaan proyek tersebut. Untuk mengantisipasi hal tersebut dengan cara melakukan inspeksi secara berkala pada semua pesawat angkat yang digunakan.

Demikian pula proyek pertambangan di Indonesia yang sangat berkembang pesat tentunya membutuhkan pesawat angkat. Dapat dipastikan area kerja dari pesawat angkat tersebut sangat luas dengan kondisi iklim, kontur permukaan tanah berbeda-beda. Sehingga dibutuhkan suatu penanganan yang baik untuk menjaga pesawat angkat tetap handal. Inspeksi dan pengujian dalam rangka sertifikasi terhadap alat berat merupakan suatu upaya deteksi dini mencegah terjadinya kecelakaan dengan menghilangkan sumber bahaya pada pesawat angkat sehingga aman untuk orang yang terlibat pengoperasian maupun orang lain yang berada di sekitar pengangkatan dan fasilitas serta lingkungan. Selain itu untuk memberikan kepastian bahwa pesawat angkat yang dioperasikan telah memenuhi persyaratan perundang-undangan dan peraturan Pemerintah Republik Indonesia yang terkait keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk dapat mensukseskan pelaksanaan inspeksi dan pengujian dalam rangka sertifikasi tersebut dibutuhkan suatu metode networking scheduling untuk optimalisasi integrasi biaya dan penjadwalan pelaksanaan di area pertambangan. 

Perusahaan Jasa Inspeksi Teknik (PJIT)
Perusahaan jasa inspeksi teknik merupakan perusahaan jasa penyedia layanan inspeksi dan pengujian dalam rangka pelaksanaan pekerjaan sertifikasi, dimana ijin usahanya diterbitkan oleh Kementrian Energi dan Sumberdaya Mineral.
Adapun jenis bidang usaha jasa yang diberikan meliputi pelaksana dan penguji bidang teknik keselamatan dan kesehatan kerja sub-bidang pemeriksaan dan pengujian teknik di lingkungan proyek-proyek pertambangan mineral dan batubara, sehingga perusahaan jasa inspeksi teknik mendapatkan payung hukun usaha untuk melaksanakan inspeksi dan pengujian dalam rangka pekerjaan sertifikasi pesawat angkat di pertambangan.

Perencanaan dan Pengendalian Proyek dengan Critical Path Method
Metode PERT dikembangkan pertama kali pada 1958-1959 untuk mendukung engineering dimana teknik Tylor dan Gantt sedang diterapkan. Ini merupakan proyek khusus Angkatan Laut USA, yang berkaitan pada pengembangan program kinerja militer. PERT pertama kali dipergunakan pada system senjata pada tahun 1958. Setelah program ini dikembangkan dengan bantuan perusahaan konsultan firm of Booz, Allen dan Hamilton, program ini menyebar dengan cepat ke dunia industri, dan secara bersamaan Dupont Company memulai teknik serupa yang dikenal dengan  Critical Path Method (CPM).  Lewat konsultan Firm of Booz, Allen dan Hamilton, program ini menyebar dengan cepat diperusahaan konstruksi dan pertambangan. Harold R. Kerzner (2013), dengan menggunakan metode CPM pada project skala kecil, maka didapat keuntungan seperti dapat memotong waktu dan biaya proyek, mengeliminasi waktu idle dan menggembangkan prosedur troubleshoot yang lebih baik.
Melihat kondisi di lapangan seringkali apa yang direncanakan tidak berjalan sesuai dengan rencana, bagaimana jika situasi seperti ini terjadi pada suatu proyek yang mempunyai banyak komponen aktifitas yang terlibat, penundaan waktu, penyelesaian di salah satu aktifitas akan dapat berakibat kepada penundaan waktu penyelesaian pada aktifitas-aktifitas berikut yang mengikutinya. Semakin banyak kegiatan yang penyelesaianya tidak sesuai dengan jadwal maka total waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek akan semakin besar.
Ketidakpastian menentukan durasi suatu proyek dicerminkan dengan tiga nilai estimasi, waktu optimistis, waktu yang paling mungkin dan waktu pesimistis dari setiap durasi. Dalam CPM, apabila diagram anak panah dari network sebuah proyek telah diperoleh maka langkah berikutnya adalah menentukan jalur kritis untuk mendapatkan semua kegiatan kritis.
CPM merupakan suatu metode dalam mengidentifikasi jalur atau item pekerjaan yang kritis. Untuk membuatnya dapat secara manual matematis. Cukup rumit apalagi item pekerjaan yang banyak dan kompleks. Namun saat ini banyak software yang menyediakan fasilitas untuk mendapatkan CPM.
CPM merupakan produk turunan dari Bar Chart yang banyak dan kompleks. Namun CPM lebih jarang digunakan dalam proyek dibandingkan dengan Kurva-S. Pada kenyataan banyak pelaku proyek (Kontraktor, Pengawas, dan Owner) belum familiar dengan alat yang satu ini kecuali untuk yang sudah memiliki pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang memadai, namun jumlahnya belum seberapa. Penggunaan CPM baru sebatas syarat yang harus diajukan oleh kontraktor dalam lelang. Setelah itu dalam pelaksanaannya, hampir tidak pernah dipakai.
Seharusnya CPM yang dibuat pada saat tender, menjadi baseline dalam monitoring pelaksanaan proyek. CPM dapat mengilustrasikan sebuah proyek akan terlambat atau tidak, dalam bentuk waktu akhir pelaksanaan proyek. CPM berisi uraian pekerjaan yang berada di jalur kritis. Pekerjaan-pekerjaan yang berada di jalur kritis harus dijaga oleh Tim Proyek. Start-Finish-Duration item pekerjaan yang berada pada jalur kritis  tidak boleh meleset karena akan menyebabkan waktu pelaksanaan akan mundur atau terlambat.

Jaringan Kerja / Network Planning 
Setiap proyek terdiri dari berbagai aktivitas yang melibatkan penggunaan peralatan, material, dan tenaga kerja. Aktivitas tersebut membentuk jaringan kerja saling berkaitan dan saling ketergantungan antar aktivitas sebelum dan sesudahnya.
Mansur (2012), dalam networking planning ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengoptimalkan jaringan kerja seperti 1) penyusunan jadwal pengerjaan proyek, 2). durasi pengerjaan proyek. 3) menentukan lintasan kritis, 4). penghematan biaya proyek tanpa harus mengorbankan kualitas. Setiap aktivitas proyek ini ditandai dengan simbul anak panah, sedangkan keterkaitan antar akvitas ditentukan oleh anak panah sebelum dan sesudahnya, penyempurnaan aktivitas ditandai dengan lingkaran kecil yang menggambarkan aktivitas sebelum dan sesudahnya. 
Secara keseluruhan aktivitas kegiatan ini terkoordinasi untuk mencapai tujuan akhir yang diinginkan yaitu mencapai penyelesaian pelaksanaan sertifikasi  pesawat angkat dan memulai sertifikasi berkalanya  sesuai dengan yang diharapkan sehingga optimalisasi pelaksanaan pesawat angkat di pertambangan secara umum dicapai.






No comments: